Nampak Kaya

Financial Literacy

NAMPAK KAYA

Suatu hari saya mengisi materi penyemangat di sebuah sekolah ternama di Boyolali, Jateng.

Di hadapan kepala sekolah, komite, para guru, dan tenaga kependidikan saya mengajak untuk hidup sehat secara keuangan, karena kesehatan keuangan mendukung terwujudnya kinerja yang baik.

Jangan boros dan membeli barang-barang berlebihan hanya agar tampil keren dan nampak kaya.

Kaya dan keren itu bagus. Tampil keren agar nampak kaya itu bisa menjadi masalah.

Apa bedanya?

Anda punya penghasilan banyak sehingga bisa berdandan dengan perhiasan dan busana terbaik, itu tidak masalah.

Anda punya uang berlebih sehingga bisa mengendarai kendaraan baru, mengkilat, yang mengundang decak kagum, itu juga tidak masalah.

Anda punya simpanan uang berlebih sehingga punya gadget canggih yang keren, itu juga tidak masalah.

Orang punya uang berlebih, karena penghasilannya berlebih, beli apa-apa berlebih tidak masalah, karena dia golongan kaya.

Lalu yang bermasalah yang bagaimana? Anda punya penghasilan pas-pasan tetapi dandanan, pakaian, kendaraan, gadget, makanan, dsb semuanya serba wah. Wah yang diraih dengan kreditan berbunga alias riba.

Besar pasak daripada tiang kata pepatah. Dalam waktu yang tidak begitu lama Anda akan ambruk dan menanggung masalah jika jalan hidup itu yang Anda pilih.

Kembali ke cerita saya di sekolah tadi. Selepas acara, saya diminta kepala sekolah singgah sebentar di kantornya.

Dengan nada agak heran sang kepala sekolah bertanya kepada saya, “Apakah Bapak sebelumnya telah mengorek informasi tentang staf saya?”

Saya jawab, “Tidak. Kenapa?”

“Apa yang Bapak sampaikan tadi persis seperti yang terjadi di kalangan staf saya. Banyak di antara mereka yang suka ngutang untuk kepentingan konsumtif. Terima kasih Bapak sudah menyampaikan apa yang sudah lama ingin saya luruskan agar staf saya hidup bersahaja,” terang Kasek.

Saya jawab, “Itu gejala umum Pak, dimana-mana terjadi, terutama di kalangan karyawan bergaji sedang tapi berkeinginan besar.”

Keinginan untuk nampak kaya tanpa diimbangi kemampuan keuangan yang memadai bisa menjadi penyakit yang menyebabkan tidak enak makan dan tidak nyenyak tidur karena dikejar-kejar hutang.

Awal bulan sebagai tanggal gajian bisa menjadi tanggal kesedihan karena slip gaji angkanya minus. Potongan angsuran lebih besar dari besarnya gaji. Nangis Bombay kan kalau begini?

Tunggakan barang-barang kreditan bisa menjadi aib ketika berakhir dengan sitaan. Dan seterusnya.

Lebih baik tampang keren tapi kaya beneran daripada tampang keren tapi kreditan.

=====
Sunday morning, 27/9/2020
Rohani
Pembina Yakua

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *