SEMARANG-Suasana akrab penuh kekeluargaan sangat terasa pada saat para Sahabat Kua (sebutan bagi anggota Yayasan Khairul Ummah Amanah) dan keluarganya berkumpul di rumah H. Muhammad Sadjad, MME di Perumahan Pandanaran Hills, Semarang pada Ahad pagi (8/7). Pagi itu, keluarga besar Kua melangsungkan perhelatan Halal Bi Halal.
Tampil sebagai penceramah pada acara tersebut Ustadz Agus Triyanto, ketua Muallaf Center Indonesia (MCI) cabang Semarang. Dalam tausyiahnya, Ustadz Agus Triyanto menyampaikan pentingnya mensyukuri nikmat terbesar berupa hidayah Islam. Islam adalah jalan hidup sempurna yang mengatur semua perkara dari hal besar seperti prinsip aqidah sampai pada hal yang kecil seperti tata cara bersuci.
Orang yang terlahir di keluarga Muslim harus bersyukur karena tidak harus bersusah payah dalam menemukan dan mempertahankan Islam. Rasa syukur itu harus diwujudkan dalam dua cara, yakni mempelajari dengan sungguh-sungguh ajaran Islam serta menjalankannya. “Semua syari’at Islam mengandung hikmah kebaikan. Hikmah tersebut sebagian telah dipahami melalui ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagian yang lain belum diketahui. Kita wajib menjalankan syari’at Islam secara kaffah atau menyeluruh, tidak hanya melakukan yang kita sukai dan meninggalkan yang kita tidak sukai,” jelas Agus Triyanto.
Selanjutnya disampaikan oleh Agus Triyanto bahwa para muallaf yang tidak terlahir dari keluarga Muslim menghadapi tantangan yang tidak mudah dalam mempertahankan keIslaman mereka. Mereka acap kali harus menghadapi tantangan berat dari keluarga mereka dan dari komunitas keyakinan mereka yang lama.
Beberapa orang Muallaf yang hadir pada acara tersebut berbagi pengalaman tentang awal mereka menerima Islam dan tantangannya. Salah satu Muallaf, Bunga (nama samaran) menuturkan bahwa suatu hari ketika ia masih belum masuk Islam, ia bermimpi membaca syahadat dan ketika terbangun ia telah menghafalnya. Iapun kemudian bertanya kepada orang-orang yang ia bisa hubungi perihal mimpinya tersebut. Ia disarankan untuk belajar tentang Islam. Ternyata ia bisa menerima Islam dan kemudian bersyahadat, masuk Islam.
Tantangan datang dari keluarga Bunga. Orang tuanya waktu itu belum mengetahui bahwa ia telah masuk Islam. Bunga khawatir bahwa orang tuanya tidak akan senang dengan keputusannya, tetapi dia memberanikan diri untuk secara terbuka memberi tahu keluarganya. Mendengar penuturan bahwa ia telah masuk Islam, Ibu Bunga naik pitam dan mengusirnya dari rumah. Di suatu senja menjelang maghrib, Bunga meninggalkan rumah hanya berbekal pakaian yang menempel di badannya. Sejak saat itu, ia berlindung kepada satu teman Muslim ke teman Muslim yang lain.
Agus Triyanto mengajak kepada kaum Muslimin untuk menjalankan amal shalih secara istiqomah, karena amal-amal tersebut bisa menjadi jalan hidayah bagi orang lain. Pengalamannya membimbing para Muallaf menunjukkan bahwa para Muallaf mendapatkan hidayah dari macam-macam jalan. Ada yang mendengar adzan kemudian hatinya tersentuh dan masuk Islam. Ada yang melihat bahwa orang yang rajin ke Masjid kelihatan bahagia, kemudian masuk Islam. Ada pula yang melihat orang yang berjilbab, kemudian tergerak hatinya untuk masuk Islam. (Hamz)
GALLERY
Semoga para mualaf di tangguhkan hatinya dalam setiap perkara yang dialami, tetep istiqomah dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Amin ya Robbal’alamin.. 😃👍
Semoga para muallaf dan yg sudah muslim sejak lahir dikuatkan terus untuk berada dalam kebaikan^^