SEMARANG– Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. H. Abdul Mu’ti, M.Ed tampil sebagai pembicara pada Hari Bermuhammadiyah dan Halal Bi Halal Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Semarang, Sabtu (23/6). Acara yang digelar di ruang utama Masjid At-Taqwa, Kompleks Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah, Semarang tersebut dihadiri oleh ratusan peserta dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Semarang, organisasi otonom, amal usaha, simpatisan, dan masyarakat umum.
Dalam pidatonya, Abdul Mu’ti antara lain menyampaikan pentingnya warga Muhammadiyah dan ummat Islam Indonesia untuk memahami bahwa perjuangan dalam menegakkan agama Allah memiliki banyak pintu dan jalur. Banyak ilustrasi yang ia berikan tentang peran Muhammadiyah dalam gerakan da’wah yang bersifat diplomatik secara senyap. Ia mencontohkan, menjelang dilaksanakannya aksi 212 tahun 2016 dirinya bersama Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah bertemu dengan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Dalam pertemuan tertutup tersebut, dirinya menyampaikan pesan bahwa aksi massa besar-besaran merupakan dampak dari macetnya arus komunikasi. Aspirasi ummat Islam tidak tersalurkan melalui partai-partai politik, bahkan oleh parta politik Islam sekalipun.
Abdul Mu’ti juga menyampaikan bahwa perjuangan tidak selalu bersifat konfrontatif. Perjuangan bisa bersifat kooperatif melalui pendekatan diplomatik. Sayang sekali saat ini dengan maraknya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi masyarakat banyak terkooptasi dengan pandangan mainstream yang lebih sering bersifat konfrontatif. Walhasil, ketika Muhammadiyah menyuarakan pandangan yang berbeda dengan pandangan mainstream persyarikatan yang berdiri tahun 1912 itupun menuai banyak kritik.
Dalam pemaparannya, Abdul Mu’ti juga menyinggung tentang pentingnya aksi perjuangan yang senyap tetapi memiliki dampak yang nyata. “Sering kali kita keras meneriakkan slogan tetapi pelaksanaan dari slogan tersebut tidak nyata di lapangan,” terangnya. Ia juga menjelaskan bahwa era saat ini adalah era cooperative dimana kita dituntut untuk bersinergi dan berbagi. “Tafsir dari konsep hablum minannaas itu tidak tarbatas pada berbuat baik dengan sesama manusia. Lebih luas dari itu, ummat Islam harus membangun jejaring, bersinergi, dan berbagi,” jelasnya. Ia mencontohkan aplikasi taxi online sebagai salah satu contoh aktual dari konsep hablum minannaas. Pembuat aplikasi tersebut berhasil menghubungkan satu pihak dengan pihak yang lain secara massal. Hasilnya secara ekonomi sangat signifikan.
Ummat Islam harus bersatu dan bersinergi untuk berbenah diri, terutama dari segi ekonomi. Jumlah ummat Islam yang banyak di Indonesia juga di dunia merupakan potensi yang besar secara ekonomi. “Pesan utama dari halal bi halal adalah silaturahmi. Silaturahmi berarti membangun jejaring dan bersinergi,” pungkas Abdul Mu’ti di akhir pidatonya.
Pada akhir acara, panitia mengumumkan akan dibukanya Koperasi Berkah Suryatama Mandiri yang akan dikelola oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Semarang. Warga Muhammadiyah diajak untuk bergabung menjadi anggota koperasi yang bertujuan untuk memberdayakan ekonomi ummat Islam tersebut. (Hamz)