Halal bi Halal Yakua: Membangun Rasa dalam Beragama

Dari kiri ke kanan: Subandi (Pembina Yakua), Tri Rohanah (Musholla Ar-Rasyid, Singkawang), Masrukan (Masjid At-Taqwa Patemon), Wahid Suharto (Masjid At-Taqwa Mugas), Jujuk Safarudin (Musholla Nurul Huda, Sumowono)

SEMARANG-Wajah sumringah penuh rasa syukur terpancar dari empat orang yang diminta untuk berdiri dan menerima secara simbolis infaq dari Yayasan Khairul Ummah Amanah (Yakua). Keempat orang tersebut mewakili panitia pembangunan Masjid dan Musholla yang mendapatkan sumbangan infaq dari Yakua.

Infaq sebesar Rp 20.000.000 diberikan kepada Masjid At-Taqwa Patemon yang diwakili oleh Dr. H. Masrukan, M.Si. Sementara itu, infaq masing-masing sebesar Rp 10.000.000 diberikan kepada Masjid At-Taqwa Mugas, Musholla Nurul Huda, Sumowono dan Musholla Ar-Rasyid, Singkawang, Kalimantan Barat. Penyerahan secara simbolis dilakukan oleh Sesepuh dan Pembina Yakua, H. Subandi, BA.

Dana infaq digalang dari para Sahabat Yakua (sebutan bagi para dermawan yang tergabung dalam Yakua). Pembangunan Masjid dan Musholla merupakan salah satu program amal Yakua disamping program-program amal yang lain, yakni Santunan dan Pemberdayaan Ummat, Umroh/Haji untuk Pejuang Da’wah, Majlis Ta’lim, dan Beasiswa.

Penyerahan secara simbolis infaq untuk pembangunan Masjid dan Musholla dilaksanakan dalam gelaran Halal bi Halal Yakua yang dihelat di kediaman Dr. Hj. Nugrahaningsih Wahyu Harini, M.Kes, di Kelurahan Ngijo, Kecamatan Gunungpati, Semarang pada Ahad pagi (7/7).

Tampil sebagai pembicara dalam acara tersebut H. Mahsun, S.Ag, M.Si, penyuluh agama Islam pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggung. Dalam tausyiahnya, ia mengajak untuk menjalankan syari’at agama dengan penuh kesungguhan dan penghayatan. Pelaksanaan amal ibadah harus dilakukan secara sungguh-sungguh sampai bisa dirasakan kenikmatannya.

“Orang yang tidak biasa berpuasa sunnah tidak bisa merasakan nikmatnya puasa sunnah, karena nikmat itu hanya bisa dirasakan oleh orang yang rajin berpuasa sunnah. Begitu pula dengan orang yang bangun di tengah malam. Sama-sama bangun di tengah malam, orang yang menonton tayangan sepak bola di TV dan orang yang melakukan sholat malam akan merasakan kenikmatan yang berbeda,” tutur Ustadz Mahsun.

“Jika kita telah terbiasa bersungguh-sungguh dalam melakukan amal ibadah, akan timbul rasa “gelo” (menyesal) jika kita melewatkan sebuah amal kebaikan. Ibadah tidak boleh digunakan sebagai ajang pencitraan untuk tujuan keduniaan. Dalam beragama ada wilayah publik, pun juga ada wilayah pribadi,” jelas Ustadz Mahsun.

Pada acara tersebut juga berbicara Suratejo yang berpamitan untuk menunaikan ibadah haji bersama istri. Mereka dijadwalkan terbang ke Tanah Suci pada awal Agustus 2019.

Dalam rangka menyambut Idul Adha, Yakua akan menggalang infaq untuk qurban. Seperti tahun sebelumnya,  qurban akan dilaksanakan di daerah-daerah kritis yang membutuhkan sentuhan da’wah dan penguatan aqidah. (Hamz)

Home

Leave a Comment

Your email address will not be published.